Senin, 09 Juli 2012

VARIASI MENGAJAR ( PRASETIO BUDI )


11 Mei 2012

Pengembangan Variasi Mengajar Guru



Oleh: PRASETIO BUDI
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kebosanan pada dasarnya keadaan yang tidak ingin dialami setiap orang dalam kehidupan ini. Perasaan bosan tidaklah menyenangkan bagi siapa saja. Kalau setiap hari kita memakan makanan yang sama terus menerus yang akhirnya nanti akan berujung pada kebosanan.
Demikian juga pada dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Guru diharapkan dalam proses pembelajaran menggunakan variasi mengajar dan tidak monoton dalam proses pembelajaran. Hal ini diharapkan agar siswa tidak menjadi bosan, lebih perhatian, tidak mengantuk dalam proses pembelajaran sehingga nantinya tujuan pembelaran dapat tercapai dengan efektif.
Dalam proses pembelajaran terjadinya variasi mengajar guru dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan gaya mengajar, media yang digunakan berganti-ganti, dan ada perubahan dalam pola interaksi antara guru-siswa, siswa-guru, dan siswa-siswa. Penggunaan variasi dalam mengajar ditujukan kepada perhatian siswa, motivasi dan belajar siswa.
Identifikasi Masalah
Dari beberapa uraian di atas, timbul beberapa permasalahan sebagai berikut:
Apakah pengertian dari variasi mengajar?
Apakah tujuan dari diadakannya variasi dalam mengajar?
Apa saja prinsip-prinsip penggunaan variasi pengajaran?
Apa saja komponen-komponen variasi mengajar?
Bagaimana proses pelaksanaan belajar mengajar yang efektif di sekolah dasar?
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah pengembangan variasi mengajar guru di sekolah dasar.
1.4 Tujuan Penulisan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
Mencoba meningkatkan profesionalisme guru sekolah dasar dalam melaksanakan tugasnya.
Memberikan gambaran kepada mahasiswa khususnya calon pendidik (guru) dalam menerapkan variasi mengajar, guna menghindari kejenuhan siswa dalam belajar.

BAB II
TEORI DAN PEMBAHASAN
Hakikat Belajar Mengajar
Belajar merupakan suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan yang bersifat relatif konstan.
Belajar pada hakikatnya adalah ”perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan akivitas belajar. Namun, tidak semua perubahan termasuk kategori belajar seperti perubahan fisik, mabuk, gila, dan sebagainya.
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Proses belajar mengajar mempunyai pengertian dan makna yang berbeda dengan mengajar. Dalam proses belajar mengajar terdapat tersirat adanya satu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Antara kedua kegiatan ini terjalin interaksi yang saling menunjang.
2.2 Pengertian Variasi mengajar
Kemampuan mengajar adalah kemampuan essensial yang harus dimiliki oleh guru, tidak lain karena tugas guru yang paling utama adalah mengajar. Yang dihadapi oleh guru adalah para siswa yang dinamis, baik sebagai akibat dari dinamika internal yang berasal dari diri siswa maupun sebagai akibat dari dinamika lingkungan yang sedikit banyak berpengaruh terhadap siswa. Oleh karena itu, kemampuan mengajar guru haruslah dinamis juga, sebagai akibat dari tuntutan-tuntutan dinamika siswa yang tak terelakkan.
Variasi mengajar adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar-mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga, dalam situasi belajar-mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi.
Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa.
2.3 Tujuan Variasi Mengajar
Penggunaan variasi terutama ditujukan terhadap perhatian siswa, motivasi, dan belajar siswa. Tujuan mengadakan variasi mengajar adalah:
Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap relevansi proses belajar mengajar
Dalam proses pembelajaran perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang diajarkan sangat dituntut. Tidak diharapkan sedikitpun terdapat siswa yang tidak atau kurang memperhatikan penjelasan yang diberikan guru, karena hal tersebut akan membuat siswa tidak memahami akan bahan yang diajarkan oleh guru.
Dalam jumlah siswa yang besar sering ditemukan kesulitan untuk mempertahankan agar perhatian siswa tetap pada materi pelajaran yang diberikan. Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Misalnya faktor penjelasan guru yang kurang mengenai sasaran, situasi di luar kelas yang lebih menarik dibandingkan dengan materi pelajaran yang diberikan guru, siswa yang kurang menyenangi materi pelajaran yang diberikan guru.
Fokus permasalahan pentingnya perhatian ini dalam proses belajar mengajar, karena dengan perhatian yang diberikan siswa terhadap materi pelajaran yang guru jelaskan, akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran tersebut bila setiap siswa mencapai penguasaan terhadap materi yang diberikan dalam suatu pertemuan kelas. Indiktor penguasaan siswa terhadap materi pelajaran adalah terjadinya perubahan dalam diri siswa. Jadi, perhatian adalah masalah yang tidak bisa dikesampingkan dalam konteks percapaian tujuan pembelajaran.
Karena itu, guru selalu memperhatikan variasi mengajarnya apakah sudah dapat meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap materi yang dijelaskan atau belum.
Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi
Motivasi memegang peran penting dalam belajar. Seorang siswa tidak akan dapat belajar dengan baik dan tekun jika tidak ada motivasi di dalam dirinya. Bahkan tanpa motivasi, seorang siswa tidak akan melakukan kegiatan belajar maka dari itu, guru siswa tidak adak melalakukan kegiatan belajar. Maka dari itu, guru selalu memperhatikan masalah motivasi ini dan berusaha agar tetap tergejolak dalam diri setiap siswa selama pengajaran berlangsung.
Dalam proses belajar mengajar di kelas, tidak setiap siswa mempunyai motivasi yang sama terhadap suatu bahan pelajaran. Untuk bahan tertentu mungkin seorang siswa menyenanginya, tetapi untuk bahan yang lain boleh jadi siswa tersebut tidak menyenanginya. Ini merupakan masalah bagi guru dalam setiap kali mengadakan pertemuan. Guru selalu dihadapkan pada masalah motivasi. Guru selalu ingin memberikan motivasi terhadap siswanya yang kurang memperhatikan materi pelajaran yang diberikan.
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Dalam diri siswa yang seperti ini sudah tertanam motivasi untuk belajar yang disebut motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan sendirinya memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih tinggi terhadap materi pelajaran yang diberikan.
Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya. Untuk siswa yang seperti ini motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak dibutuhkan. Disini peran guru lebih diinginkan untuk memerankan fungsi guru sebagai motivator, yaitu memotivasi sebagai alat yang mendorong manusia untuk berbuat, motivasi sebagai alat yang menentukan arah perbuatan, dan motivasi sebagai alat untuk menyeleksi perbuatan.
Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah
Masih sering dijumpai disetiap sekolah terdapat siswa tertentu yang kurang senang terhadap seorang guru. Konsekuensinya bidang studi yang dipegang oleh guru tersebut juga menjadi tidak disenangi. Kecuekan selalu ditunjukkan lewat sikap dan perbuatan ketika guru tersebut sedang memberikan materi pelajaran di kelas.
Kurang senangnya seorang siswa terhadap guru bisa jadi disebabkan gaya mengajar guru yang monoton tidak bervariasi atau guru kurang datap menguasai kelas. Kegaduhan biasanya sering terjadi pada sudut-sudut kelas. Akibatnya jalannya proses pembelajaran tidak efektif. Guru gagal menciptakan suasana belajar yang menbangkitkan kreativitas dan kegairahan belajar siswa.
  1. Memberi kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual
Sebagai seorang guru yang profesional dituntut mempunyai keterampilan-keterampilan yang mendukung tugasnya dalam proses pembelajaran. Penguasaan metode mengajar yang dituntut kepada guru tidak hanya satu atau dua metode, tetapi lebih banyak dari itu. Penguasaan terhadap berbagai penggunaan media merupakan keterampilan lain yang harus dimiliki bagi guru.
Fasilitas merupakan kelengkapan balajar yanag harus ada di sekolah yang berguna sebagai alat bantu pengajaran. Lengkap tidaknya fasilitas belajar mempengaruhi pemilihan yang harus guru lakukan. Sangat terbatasnya fasilitas belajar cenderung lebih sedikit alternatif yang tersedia untuk melakukan pemilihan.
  1. Mendorong siswa untuk belajar
Membuat suasana belajar yang nyaman adalah tugas guru. Kewajiban belajar adalah tugas siswa. Kedua kegiatan ini menyatu dalam sebuah interaksi pengajaran yang disebut interaksi edukatif. Lingkungan pembelajaran yang kondusif adalah lingkungan yang mampu mendorong siswa untuk selalu belajar.
Gejala adanya siswa yang kurang senang menerima pelajaran dari guru tidak semestinya terjadi, karena hal ini akan menghambat proses pembelajaran. Disinilah diperlukan peranan guru, bagaimana upaya menciptakan lingkungan belajar yang mampu mendorong siswa untuk senang dan bergairah belajar.
Untuk hal ini cara yang tepat yang mesti dilakukan oleh guru adalah mengembangkan varisai mengajar, baik dalam gaya mengajar, dalam menggunakan media dan bahan pengajaran maupun dalam interaksi guru dengan siswa.
2.3 Prinsip Penggunaan Variasi Mengajar
Dalam proses belajar mengajar kegiatan siswa adalah yang menjadi fokus perhatian. Apapun kegiatan yang guru lakukan tidak lain adalah suatu upaya bagaimana lingkungan ang tercipta itu menyenangkan hati semua siswa dan dapat menggairahkan belajar siswa. Itu berarti tidak ada seorang guru pun yang ingin agar siswanya tidak senang dan tidak bergairah dalam belajar, maka akan mengganggu kelancaran kegiatan pengajaran. Apalagi jika sebagian besar siswanya tidak mau memperhatikan penjelasan ang diberikan guru, atau tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan guru untuk materi tertentu.
Agar kegiatan pengajaran dapat merangsang siswa untuk aktif dan kreatif belajar, tentu saja diperlukan lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu upaya ke arah itu adalah dengan cara memperhatikan beberapa prinsip penggunaan variasi dalam mengajar. Beberapa prinsip penggunaan ini sangat penting untuk diperhatikan dan betul-betul harus dihayati guna mendukung pelaksanaan tugas mengajar di kelas. Prinsip-prinsip penggunaan variasi mengajar itu adalah seagai berikut:
Dalam menggunakan keterampilan variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan, selain juga harus ada variasi penggunaan komponen untuk tiap jenis variasi. Semua itu untuk mencapai tujuan belajar.
Menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambungan, sehingga momen proses belajar mengajar yang utuh tidak rusak, perhatian siswa dan proses tidak terganggu.
Penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktrur dan direncanakan oleh guru. Karena itu memerlukan penggunaan yang luwes sesuai dengan umpan balik yang diterima dari siswa.
2.4 Komponen-konmponen Variasi Mengajar
2.4.1 Variasi gaya mengajar
Variasi gaya mengajar pada dasarnya meliputi variasi suara, variasi anggota badan, dan variasi perpindahan posisi guru dalam kelas. Bagi siswa variasi tersebut dilihat sebagai sesuatu yang energik, antusias, bersemangat, dan semuanya memiliki relevensi dengan hasil belajar. Perilaku guru seperti itu dalam proses belajar mengajar akan menjadi dinamis dan mempertinggi komunikasi antara guru dan siswa, menarik perhatian siswa, menolong penerimaan bahan pelajaran, dan memberi stimulasi. Variasi gaya mengajar ini adalah sebagai berikut:
a. Variasi suara
Suara guru dapat bervariasi dalam intonasi, nada, volume, dan kecepatan. Guru dapat mendramatisasi suatu perstiwa, menunjukkan hal-hal yang dianggap penting, berbicara secara pelan dengan seorang siswa, atau berbicara secara tajam dengan siswa yang kurang perhatian, dan seterusnya.
b. Penekanan (ocusing)
Untuk memfokuskan perhatian siswa pada suatu aspek yang penting atau aspek kunci, guru dapat menggunakan ”penekanan secara verbal”; misalnya, ”Perhatikan baik-baik. Nah, ini yang penting. Ini adalah bagian yang sukar, dengarkan baik-baik!” penekanan seperti itu biasanya dikombinasikan dengan gerakan anggota badan yang dapat menunjukkan dengan jari atau memberi tanda pada papan tulis.
c. Pemberian waktu (pausing)
Untuk menarik perhatian siswa, dapat dilakukan dengan mengubah yang bersuara mejadi sepi, dari akhir bagian pelajaran ke bagian berikutnya. Dalam keterampilan bertanya, pemberian waktu dapat diberikan setelah guru mengajukan beberapa pertanyaan, untuk mengubahnya menjadi pertanyaan yang lebih tinggi tingkatannya setelah keadaan memungkinkan. Bagi siswa, pemberian waktu dipakai untuk mengorganisasi jawaban agar menjadi lengkap.
d. Kontak pandang
Bila guru berbicara atau berinteraksi dengan siswa, sebaiknya mengarahkan pandangannya ke seluruh kelas, menatap mata setiap siswa untuk dapat membentuk hubungan yang positif dan menghindari hilangnya kepribadian. Guru dapat membantu siswa dengan menggunakan matanya menyampaikan informasi, dan dengan pandangannya dapat menarik perhatian siswa.
e. Gerakan anggota badan (gesturing)
Variasi dalam mimik, gerakan kepala atau badan merupakan bagian yang penting dalam komunikasi. Tidak hanya untuk menarik perhatian saja, tetapi juga menolong dalam menyampaikman arti pembicaraan.
f. Perpindahan posisi guru (teachers movement)
Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas dapat membantu menarik perhatian siswa, dapat meningkatkan kepribadian guru. Perhatian posisi dapat dilakukan dari muka ke bagian belakang, dari sisi kiri kesisi kanan, atau diantara siswa dari belakang ke samping siswa. Dapat juga dilakukan dengan posisi berdiri kemudian berubah menjadi posisi duduk. Yang penting dalam perubahan posisi ialah harus ada tujuannya, dan tidak sekedar mondar-mandir. Guru yang kaku adalah tidak menarik dan mejemukan, dan bila bervariasi dilakukan secara berlebikan akan mengganggu.
2.4.2 Variasi media dan bahan ajaran
Setiap siswa mempunyai kemampuan indra yang tidak sama, baik pendengaran maupun penglihatannya, demikian juga kemampuan berbicara. Ada yang lebih enak atau senang membaca, ada yang lebih suka mendengarkan dulu baru membaca, dan sebaliknya. Dengan variasi menggunaan media, kelemahan indra yang dimiliki tiap siswa misalnya, guru dapat memulai dengan berbiara terlebih dahulu kemudian menulis di papan tulis, dilanjutkan dengan melihat contoh konkret. Dengan variasi seperti itu dapat memberi stimulasi terhadapa indra siswa.
Ada tiga komponen dalam variasi penggunaan media, yaitu media pandang, media dengar, dan media taktil. Bila guru dalam menggunakan media bervariasi dari satu ke yang lain, atau variasi bahan ajaran dalam satu komponen media akan banyak sekali memerlukan penyesuaian indra siswa, membuat perhatian siswa menjadi lebih meningkatkan kemampuan belajar.
a. Variasi media pandang
Penggunaan media pandang dapat diartikan sebagai penggubaan alat dan bahan ajaran khusus untuk komunikasi seperti buku, majalah, globe, peta, majalah dinding, film, film strip. televisi, radio, recorder, gambar grafik, model, demonstrasi, dan lain-lain. Penggunaan yang lebih luas dari alat-alat tersebut memiliki keuntungan:
Membantu secara konkret konsep berpikir, dan mengurangi respon yang kurang bermanfaat.
Memiliki secara potensial perhatian siswa pada tingkat yang tinggi.
Dapat membuat hasil belajar yang riil yang akan mendorong kegiatan mandiri anak ddik.
Mengembangkan cara berpikir dan berkesinambungan, seperti halnya dalam film.
Mememberi pengalaman yang tidak mudah dicapai oleh alat lain
Menambah frekuensi kerja, lebih dalam, dan variasi belajar.
b. Variasi media dengar
Pada umumnya dalam proses belajar mengajar di kelas suara guru adalah alat utama dalam komunikasi. Variasi dalam penggunaaan media dengan memerlukan sekali saling bergantian atau berkombinasi dengan media pandang dengan media taktil. Sudah barang tentu ada sejumlah media dengar yang dapat dipakai untuk itu diantaranya ialah pembicaraan siswa, rekaman bunyi dan suara, rekaman musik, rekaman drama, wawancara, bahkan rekaman suara ikan lumba-lumba, yang semuanya itu dapat memiliki relevansi dengan pelajaran.
c. Variasi Media Taktil
Komponen terakhir dari keterampilan variasi media dan bahan ajar adalah penggunaan media yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyentuh dan memanipulasi benda atau bahan ajaran. Dalam hal ini akan melibatkan siswa dalam kegiatan penyusunan atau pembuatan model, yang hasilnya dapat disebutkan sebagai media taktil. Kegiatan tersebut dapat dilakukan secara individu ataupun kelompok kecil. Contohnya dalam bidang studi sejarah dapat membuat maket desa zaman Majapahit, dalam bidang studi geografi dapat membuat model lapisan tanah; megumpulkan berbagai jenis mata uang logam contoh untuk bidang studi ekonomi.
2.4.3. Variasi Interaktif
Variasi dalam pola interaksi antara guru dengan siswanya memiliki rentangaan yang bergerak dari dua kutub, yaitu:
Siswa bekerja atau belajar secara bebas tanpa campur tangan dari guru.
Siswa mendengarkan dengan pasif. Situasi didominasi oleh guru, di mana guru berbicara kepada siswa.
Diantara kedua kutub itu hanya memungkinkan dapat terjadi. Misalnya, guru berbicara dengan sekelompok kecil siswa melalui mengajukan beberapa pertanyaan atau guru berbincang dengan siswa secara individual, atau guru menciptakan situasi sedemikian rupa sehingga antar siswa dapat saling tukar menukar pendapat melalui penampilan diri, demonstrasi, atau diskusi.
Bila guru yang berbicara, dapat melalui beberapa kategori: filling persetujuan, penghargaan atau peningkatan, menggunakan pendapat siswa, bertanya, ceramah, memberi petunjuk, dan mengeritik. Sebaliknya siswa dapat berbicara melalui pemberian respons dan pengambilan prakarsa. Bila guru mengajukan pertanyaan dapat juga divariasi sesuai dengan domain kognitif dari Bloom, pertanyaan dapat diajukan ke seluruh kelas atau ditujukan kepada siswa, maka dapat berbentuk: mendengarkan ceramah guru, mengajukan pendapat pada diskusi kelompok kecil. Bekerja individual atau kerja kelompok, membaca secara keras atau secara pelan, melihat film, bekerja di laboraturium, baik bahasa maupun alam, bekerja atau belajar bebas, atau dapat juga menciptakan kegiatan sendiri.
2.5 Proses Pelaksanaan Belajar Mengajar yang Efektif di Sekolah Dasar
Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Dalam pembelajaran, guru berhadapan dengan sejumlah siswa dengan berbagai macam latar belakang, sikap, dan potensi, yang kesemuanya itu berpengaruh terhadap kebiasaannya dalam mengikuti pembelajaran. Misalnya masih banyak siswa kurang bernafsu untuk belajar dan membolos terutama pada mata pelajaran, dan guru yang menurut mereka sulit atau menyulitkan. Untuk kepentingan tersebut guru dituntut membangkitkan motivasi belajar siswa. Karena motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan belajar dengan sungguh-sungguh.
Untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, setiap guru sebaiknya memiliki rasa ingin tahu, mengapa dan bagaimana anak belajar dan menyesuaikan dirinya dengan kondisi-kondisi belajar dalam lingkungannya. Guru juga sebaiknya mampu untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan.
Untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan diperlukan berbagai keterampilan, diantaranya keterampilan mengajar. Keterampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Setiap keterampilan mengajar memiliki komponen dan prinsip-prinsip dasar tersendiri. Keterampilan mengajar tersebut dan cara menggu-nakannya agar tercipta pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan adalah sebagai berikut:
a. Menggunakan keterampilan bertanya
Keterampilan bertanya sangat perlu untuk dikuasai oleh guru, karena hampir dalam setiap tahap pembelajaran guru dituntut untuk mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan yang diajukan guru akan menentukan kualitas jawaban siswa.
Keterampilan bertanya yang perlu dikuasai oleh guru meliputi keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjutan.
1. Keterampilan bertanya dasar mencakup;
Pertanyaan yang jelas dan singkat,
Pemberian acuan yaitu sebelum mengajukan pertanyaan guru perlu memberikan acuan berupa penjelasan singkat yang berisi informasi yang sesuai dengan jawaban yang diharapkan,
Memusatkan perhatian; pertanyaan juga dapat digunakan untuk memusatkan perhatian siswa,
Memberi giliran dan menyebarkan pertanyaan; guru hendaknya berusaha agar semua siswa mendapat giliran dalam menjawab pertanyaan, dan yang lebih penting adalah memberikan kesempatan berpikir kepada siswa sebelum menjawab pertanyaan yang diajukan.
2. Keterampilan bertanya lanjutan meliputi;
Pengubahan tuntunan tingkat kognitif yaitu guru hendaknya mampu mengubah pertanyaan dari hanya sekadar mengingat fakta menuju pertanyaan aspek kognitif lain seperti penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi,
Pengaturan urutan pertanyaan yaitu pertanyaan yang diajukan hendaknya mulai dari yang sederhana menuju yang paling kompleks secara berurutan,
Peningkatan terjadinya interaksi yaitu guru hendaknya menjadi dinding pemantul. Jika ada siswa yang bertanya, guru tidak menjawab secara langsung, tetapi dilontarkan kembali ke seluruh siswa untuk didiskusikan.
b. Memberi penguatan
Penguatan merupakan respons terhadap suatu perilaku yang dapat menimbulkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku tersebut. Penguatan dapat dilakukan secara verbal berupa kata-kata dan kalimat pujian dan secara non verbal yang dilakukan dengan gerakan mendekati siswa dan kegiatan yang menyenangkan. Penguatan bertujuan untuk meningkatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar dan membina perilaku yang produktif.
c. Mengadakan variasi
Mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran untuk mengatasi kebosanan siswa, agar selalu antusias, tekun , dan penuh partisipasi. Variasi dalam kegiatan pembelajaran meliputi;
Variasi dalam gaya mengajar misalnya variasi suara, gerakan badan dan mimik, mengubah posisi, dan mengadakan kontak pandang dengan siswa.
Variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar misalnya variasi alat dan bahan yang dapat dilihat, penggunaan sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar.
Variasi dalam pola interaksi misalnya dalam mengelompokkan siswa, tempat kegiatan pembelajaran, dan dalam pengorganisasian pesan (deduktif dan induktif).
d. Menjelaskan
Penggunaan penjelasan dalam pembelajaran memiliki beberapa komponen yang harus diperhatikan, yaitu:
Perencanaan meliputi isi pesan yang akan disampaikan harus sistematis dan mudah dipahami oleh siswa dan dalam memberikan penjelasan harus mempertimbangkan kemampuan dan pengetahuan dasar yang dimiliki oleh siswa.
Penyajian dapat menggunakan pola induktif yaitu memberikan contoh terlebih dahulu kemudian menarik kesimpulan umum dan pola deduktif yaitu hukum atau rumus dikemukakan lebih dahulu lalu diberi contoh untuk memperjelas rumus dan hukum yang telah dikemukakan.
E. Membuka dan menutup pelajaran
Membuka dan menutup pelajaran yang dilakukan secara profesional akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan pembelajaran. Membuka pelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik perhatian siswa secara optimal, agar mereka memusatkan diri sepenuhnya pada pelajaran yang akan disajikan. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai hal tersebut adalah:
Menghubungkan materi yang telah dipelajari dengan materi yang akan disajikan.
Menyampaikan tujuan (kompetensi dasar) yang akan dicapai.
Menyampaikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dan tugas-tugas yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Mendayagunakan media dan sumber belajar yang sesuai dengan materi yang akan disajikan.
Mengajukan pertanyaan, baik untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap pelajaran yang telah lalu maupun untuk menjajaki kemampuan awal berkaitan dengan bahan yang akan dipelajari.
Menutup pelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui pencapai tujuan dan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari serta mengakhiri kegiatan pembelajaran. Untuk menutup pelajaran kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan adalah:
Menarik kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari (kesimpulan bisa dilakukan oleh guru, oleh siswa, atau permintaan guru, atau oleh siswa bersama guru).
Mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan dan keefektifan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Menyampaikan bahan-bahan pendalaman yang harus dipelajari dan tugas-tugas yang harus dikerjakan (baik tugas individu maupun tugas kelompok) sesuai dengan materi yang telah dipelajari.
Memberikan post tes baik secara lisan, tulisan, maupun perbuatan.
f. Membimbing diskusi kelompok kecil
Hal-hal yang perlu dipersiapkan guru agar diskusi kelompok kecil dapat digunakan secara efektif dalam pembelajaran adalah:
Pembentukan kelompok secara tepat
Memberikan topik yang sesuai
Pengaturan tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat berpartisipasi secara aktif.
g. Mengelola kelas
Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa sehingga tercapai tujuan pengajaran yang efektif dan efisien. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas adalah; kehangatan dan keantusiasan, tantangan, bervariasi, luwes, penekanan pada hal-hal positif, dan penanaman disiplin diri.
Keterampilan mengelola kelas memiliki komponen sebagai berikut:
1. Penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal
Menunjukkan sikap tanggap dengan cara; memandang secara seksama, mendekati, memberikan pernyataan dan memberi reaksi terhadap gangguan di kelas.
Memberi petunjuk yang jelas.
Memberi teguran secara bijaksana.
Memberi penguatan ketika diperlukan.
2. Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal
Modifikasi perilaku yaitu mengajarkan perilaku yang baru dengan contoh dan pembiasaan, meningkatkan perilaku yang baik dengan penguatan, dan mengurangi perilaku buruk dengan hukuman.
Pengelolaan kelompok dengan cara; peningkatan kerja sama dan keterlibatan, menangani konflik dan memperkecil masalah yang timbul.
Menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah, misalnya mengawasi secara ketat, mendorong siswa untuk mengungkapkan perasaannya, menjauhkan benda-benda yang dapat mengganggu konsentrasi, dan menghilangkan ketegangan dengan humor.
h. Mengajar kelompok kecil dan perorangan
Pengajaran kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa, dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa.
Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan dapat dilakukan dengan:
Mengembangkan keterampilan dalam pengorganisasian, dengan memberikan motivasi dan membuat variasi dalam pemberian tugas.
Membimbing dan memudahkan belajar, yang mencakup penguatan, proses awal, supervisi, dan interaksi pembelajaran.
Pemberain tugas yang jelas, menantang dan menarik.
Untuk melakukan pembelajaran perorangan perlu diperhatikan kemampuan dan kematangan berpikir siswa agar apa yang disampaikan bisa diserap dan diterima oleh siswa.
Selain beberapa komponen keterampilan mengajar yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, guru juga harus kreatif, profesional, dan menyenangkan dengan memposisikan diri sebagai berikut;
Orang tua yang penuh kasih sayang pada siswanya.
Teman, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi para siswa.
Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani siswa sesuai dengan minat, kemampuan, dan bakatnya.
Pemberi sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya.
Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab kepada siswa.
Membiasakan siswa untuk saling bersilaturrahmi dengan orang lain.
Mengembangkan kreativitas siswa.
Dengan memiliki beberapa keterampilan mengajar yang telah diuraikan di atas diharapkan guru tidak lagi menjadi figur yang menakutkan bagi siswanya, sehingga siswa akan senantiasa memiliki perasaan yang nyaman jika berada dalam proses pembelajaran dan akan senantiasa memiliki motivasi yang tinggi untuk mengikuti pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa variasi mengajar adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar-mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga, dalam situasi belajar-mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi.
Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa.
Adapun prinsip-prinsip dari penggunaan variasi mengajar sebagai berikut:
Dalam menggunakan keterampilan variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan, selain juga harus ada variasi penggunaan komponen untuk tiap jenis variasi. Semua itu untuk mencapai tujuan belajar.
Menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambungan, sehingga momen proses belajar mengajar yang utuh tidak rusak, perhatian siswa dan proses tidak terganggu.
  1. Penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktrur dan direncanakan oleh guru. Karena itu memerlukan penggunaan yang luwes sesuai dengan umpan balik yang diterima dari siswa.

Saran
  1. Hendaknya dalam mengajar guru-guru dapat memperhatikan variasi mengajar agar tidak membuat siswa jenuh dalam relajar.
  2. Hendaknya demi kelancaran kegiatan relajar mengajar para siswa juga turut berperan aktif sehingga proses pembelajaran tidak membosankan dan hubungan antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa akan terjalin dengan harmonis.

DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Relajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Imron, Ali. 1995. Pembinaan Guru Indonesia. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.
Rosmini. Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan.
Usman, Moh. Uzer. 2004. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Xipemai. Upaya Guru dalam Meningkatkan Efektivitas Belajar Mengjar
<http://www.xipemai.wordpress.com> (21 Desember 2008).
Keterangan: Tugas Mata Kul






ARIASI MENGAJAR

PENGEMBANGAN VARIASI MENGAJAR
BAB I
PENDAHULUAN

Pada dasarnya semua orang tidak menghendaki adanya kebosanan dalam hidupnya. Sesuatu yang membosankan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Merasakan makanan yang terus-menerus akan menimbulakan kebosanan. Orang akan lebih suka bila hidup itu diisi dengan penuh variasi dalam arti kata positif. Makan makanan yang bervariasi Mendengarkan lagu-lagu baru lebih menyenangkan daripada lagu-lagu yang tiap hari didengar. Rekreasi pada dasarnya juga mengurangi kebosanan pandangan ditempat asalnya. Mengatur alat rumah tangga sering berganti, akan membuat orang lebih senang dirumah daripada pergi. Demikian juga dalam proses belajar mengajar . Bila guru dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan variasi, maka akan membosankan siswa, perhatian siswa berkurang, mengantuk, dan akibatnya tujuan belajar tidak tercapai. Dalam hal ini guru memerlukan adanya variasi dalam mengajar siswa.
Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar akan meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara guru dan siswa.
Apabila ketiga komponen tersebut dikombinasikan dalam penggunaannya atau secara integrasi, maka akan meningkatkan perhatian siswa, membangkitkan keinginan dan kemampuan belajar. Keterampilan dalam mengadakan variasi ini lebih luas penggunaannya daripada keterampilan lainnya, karena merupakan keterampilan campuran atau diinegrasikan dengan keterampilan yang lain. Misalnya, cariasi dalam memberikan penguatan, variasi dalam memberi pertanyaan, dan variasi dalam tingkat kognitif.
Dalam proses belajar mengajar ada variasi bila guru dapat menunjukkan adanya perubahan dalam gaya mengajar, media yang digunakan berganti-ganti, dan ada perubahan dalam pola interaksi antara guru-siswa, siswa-guru dan siswa-siswa. Variasi lebih bersifat proses daripada produk.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tujuan Variasi Mengajar
Penggunaan variasi terutama ditujukan terhadap perhatian siswa, motivasi dan belajar siswa. Tujuan mengadakan variasi dimadsud adalah :

1. Meningkatkan dan Memelihara Perhatian Siswa Terhadap Relevansi Proses Belajar Mengajar
Dalam proses belajar mengajar perhatian dari siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan sangat dituntut. Sedikitpun tidak diharapkan adanya siswa yang tidak atau kurang memperhatikan penjelasan guru, karena hal itu akan menyebabkan siswa tidak mengerti akan bahan yang diberikan guru.
Dalam jumlah siswa yang besar biasanya ditemukan kesukaran untuk mempertahankan agar perhatian siswa tetap pada materi pelajaran yang diberikan. Berbagai factor memang mempengaruhi. Misalnya factor penjelasan guru yang kurang mengenai sasaran, situasi diluar kelas yang dirasakan siswa lebih menarik daripada materi pelajaran yang diberikan guru, siswa yang kurang menyenangi materi yang diberikan guru.
Fokus permasalahan pentingnya perhatian ini dalam proses belajar mengajar, karena dengan perhatian yang diberikan siswa terhadap materi pelajaran yang guru jelaskan, akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Tecapainya tujuan pembelajaran tersebut bila setiap siswa mencapai penguasaan terhadap materi yang diberikan dalam suatu pertemuan kelas. Indikator penguasaan siswa terhadap materi pelajaran adalah terjadinya perubahan di dalam diri siswa. Jadi, perhatian adalah masalah yang tidak bias dikesampingkan dalam konteks pencapaian tujuan pembelajaran.
Karena itu, guru memperhatikan variasi mengajarnya, apakah sudah dapat meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap materi yang dijelaskan atau belum.
2. Memberikan Kesempatan Kemungkinan Berfungsinyanya Motivasi
Motivasi memegang peranan penting dalam belajar. Seorang siswa tidak akan dapat belajar dengan baik dan tekun jika tidak ada motivasi di dalam dirinya. Bahkan tanpa motivasi, seorang siswa tidak akan melakukan kegiatan belajar. Maka dari itu, guru selalu memperhatikan masalah motivasi ini dan berusaha agar tetap tergejolak di dalam diri setiap siswa selama pelajaran berlangsung.
Dalam proses belajr mengajr di kelas, tidak setiap siswa mempunyai motivasi yang sama terhadap sesuatu bahan. Untuk bahan tertentu boleh jadi seorang siswa menyenanginya, tetapi bahan yang lain boleh jadi siswa tersebut tidak menyenanginya. Ini merupakan masalh bagi guru dalam setiap kali mengadakan pertemuan. Guru selalu dihadapkan pada masalah motivasi. Guru selalu ingin memberikan motivasi terhadap siswanya yang kurang memperhatikan materi pelajaran yang diberikan.
Bagi siswa yang sering memperhatikan materi pelajran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guiru. Karena di dalam diri siswa tersebut sudah ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadarannya sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya kurang dapt mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.
Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Disini peranan guru lebih dituntut untuk memerankan fungsi motivasi, yaitu motivasi sebagai alat yang mendorong manusia untuk berbuat, motivasi sebagai alat yang menentukan arah perbuatan, dan motivasi sebagai alat untuk menyeleksi perbuatan.


3. Membentuk Sikap Positif terhadap Guru dan Sekolah
Adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa di kelas ada siswa tertentu yang kurang senang terhadap seorang guru. Sikap negative ini tidak hanya terjadi pada siswa, tetapi juga pada siswi. Konsekuensinya bidang studi yang dipegang oleh guru tersebut juga menjadi tidak disenangi. Acuh tak acuh sering ditunjukkan lewat sikap dan perbuatan ketika guru tersebut sedang memberikan materi pelajaran di kelas.
Metode mengajar yang dipergunakan itu-itu saja. Misalnya hanya menggunakan metode ceramah untuk setiap kali melaksanakan tugas mengajar di kelas. Tidak pernah terlihat menggunakan metode yang lain. Misalnya metode diskusi, resitasi, Tanya jawab, problem solving atau cerita.
Guru yang bijaksana adalah guru yang pandai menempatkan diri dan pandai mengambil hati siswa. Dengan sikap ini siswa merasa diperhatikan oleh guru. Siswa selalu ingin dekat dengan guru. Ketiadaan guru barang sehari di sekolah tidak jarang dipertanyakan. Siswa merasa rindu untuk selalu dekat di sisi guru. Guru seperti itu biasanya karena gaya mengajarnya dan pendekatannya yang sesuai dengan psikologis siswa. Variasi mengajarnya mempunyai relevansi dengan gaya belajar siswa. Di sela-sela penjelasan selalu diselingi humor dengan pendekatan yang edukatif, jauh dari sikap permusuhan.

B. Variasi Gaya Mengajar
1. Pengertian Variasi Gaya Mengajar
Ada beberapa pendapat berkenaan dengan Variasi gaya mengajar. Meliputi:
a. Menurut Uzer Usman variasi adalah suatu kegiatan guru dalam kontek proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid, sehingga dalam situasi belajar mengajar. Murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme serta penuh partisipasi.
b. Menurut Abu Ahmadi gaya mengajar adalah tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam melaksanakan proses pengajaran.
c. Menurut Abdul Qadir Munsyi, gaya mengajar adalah gaya yang dilakukan guru pada saat mengajar di muka kelas.
d. Menurut Syahminan Zaini, gaya mengajar adalah gaya atau tindak-tanduk guru sebagai pernyataan kepribadiannya dalam menyampaikan bahan pelajarannya kepada siswa.
Dari definisi di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa variasi gaya mengajar adalah pengubahan tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam kontek belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap pelajarannya. Dan ini bisa dibuktikan melalui ketekunan, antusiasme, keaktifan mereka dalam belajar dan mengikuti pelajarannya di kelas.
Anak tidak bisa dipaksakan untuk terus menerus memusatkan perhatiannya dalam mengikuti pelajarannya, apalagi jika guru saat mengajar tanpa menggunakan variasi alias monoton yang membuat siswa kurang perhatian, mengantuk, dan bosan. Untuk mengatasi kebosanan siswa tersebut perlu adanya variasi, dalam keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar ada tiga aspek, yaitu :
1) Variasi gaya mengajar
2) Variasi dalam menggunakan media
3) Variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa.

2. Tujuan Variasi Gaya Mengajar :
1. Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap relevensi terhadap proses belajar mengajar
Dalam proses belajar mengajar, perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan guru merupakan masalah yang sangat penting, karena dengan perhatian tersebut akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tujuan tersebut akan tercapai bila setiap siswa mencapai penguasaan terhadap materi yang diberikan dalam suatu pertemuan di kelas.
Dalam jumlah siswa yang banyak, biasanya sulit atau sukar untuk mempertahankan agar perhatian siswa tetap pada materi yang diberikan. Memang ada banyak faktor yang mempengaruhinya, misalnya ; faktor penjelasan guru yang kurang mengenai sasaran, faktor gaya guru dalam mengajar yang tanpa ada variasinya, dan lain sebagainya. Jadi, masalah perhatian siswa terhadap pelajaran tidak bisa dikesampingkan dalam konteks pencapaian tujuan pembelajaran.
Oleh karena itu, guru hendaknya memperhatikan variasi gaya mengajarnya, apakah sudah dapat meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap materi yang dijelaskan atau belum.
2. Memberi kesempatan
Memberi kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi dalam belajar, motivasi memegang peranan yang sangat penting, karena tanpa motivasi seorang siswa tidak akan melakukan kegiatan belajar. Motivasi ada 2, yaitu : motivasi intrinsik (dari dirinya sendiri) dan motivasi ekstrinsik (dari luar dirinya sendiri).
Dalam proses belajar mengajar di kelas, tidak setiap siswa didalam dirinya ad motivasi intrinsik yakni kesadarannya sendiri untuk memperhatikan penjelasan guru, rasa ingin tahu lebih banyak terhadap materi yang diberikan guru. Dalam pertemuan dikelas ada juga siswa yang tidak ada motivasi dalam dirinya (Intrinsik), masalah inilah yang sering dihadapi guru. Guru selalu dihadapkan masalah motivasi yakni motivasi ekstrinsik, yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Jadi siswa yang tidak ada motivasi didalam dirinya (intrinsik) memerlukan motivasi ekstrinsik untuk me;lakukan kegiatan belajar. Disinilah peranan guru lebih dituntut untuk memerankan motivasi, yaitu motivasi sebagai alat mendorong siswa untuk berbuat, sebagai alat untuk menentukan arah dan sebagai alat untuk menyeleksi kegiatan.
3. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah
Tidak bisa dipungkiri bahwa kenyataan yang ada di kelas yakni adanya siswa atau siswi yang kurang senang terhadap dirinya. Sikap negatif ini bisa jadi disebabkan gaya guru mengajar yang kurang bervariasi, gaya mengajar guru tidak sejalan dengan gaya belajar siswa. Konsekwensinya bidang studi yang dipegang guru tersebut menjadi tidak disenangi. Mungkin bisa ditunjukkan dari sikap acuh tak acuh siswa ketika guru tersebut sedang menjelaskan materi pelajaran di kelas.
Ketika mengajar, guru selalu duduk dengan santai dikelas tanpa memperdulikan tingkah laku siswa atau ank didiknya. Ini adalah jalan pengajaran yang sangat membosankan. Dalam hal ini guru gagal menciptakan suasana belajar yang membangkitkan kreatifitas dan kegairahan belajar siswa. Guru yang bijaksana adalah guru yang pandai menempatkan diri dan mengambil hati siswanya. Dengan sikap ini siswa merasa diperhatikan oleh guru. Siswa juga ingin selalu dekat dengan dengan guru. Guru yang dirindukan siswa biasanya dikarenakan gaya mengajarnya dan pendekatannya sesuai dengan psikologis siswa. Variasi gaya mengajarnya mempunyai relevansi dengan gaya belajar siswa.

3. Manfaat Variasi Gaya Mengajar
Mengajar menuntut guru untuk bekerja demi keberhasilan anak didiknya, sehingga kemajuan murid menjadi titik perhatian guru. Rasulullah SAW. menerapkan pengajaran yang sangat memperhatikan perkembangan siswa (sahabat)nya, agar mereka tidak merasa jemu dalam belajar, tersirat dalam hadits :
عـن ابن مسعود قال : كان النبي صلى الله عـليه وسـلم. يتحولـنـا باالمـوعظة فى
الايام كرمة السـامه عليـنا (الحديث)
Artinya : Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud berkata : Nabi SAW. berselang-seling dalam memberikan pelajaran agar terhindar dari kebosanan. (H.R. Bukhari).

C. Prinsip Penggunaan Variasi
Dalam proses belajar mengajar, kegiatan siswa menjadi pusat perhatian guru. Untuk itu agar kegiatan pengajaran dapat merangsang siswa untuk aktif dan kreatif belajar tentu saja diperlukan lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu upaya kearah itu adalah dengan cara memperhatikan beberapa prinsip penggunaan variasi dalam mengajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
1. Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam menggunakan keterampilan variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan. Disamping itu juga harus ada variasi penggunaan komponen untuk tiap jenis variasi, terutama penggunaan variasi gaya mengajar, dalam bervariasi harus disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan agar menarik siswa untuk memperhatikan atau mendengarkan penjelasan guru.
2. Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan, sehingga tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak menganggu proses belajar mengajar.
3. Direncanakan secara baik dan eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran. Jadi penggunaan variasi ini harus benar-benar berstruktur dan direncanakan. Karena variasi ini memerlukan keluwesan, spontan sesuai dengan umpan balik yang diterima dari siswa. Umpan balik ini ada dua yaitu Umpan balik tingkah laku yang menyangkut perhatian dan keterlibatan siswa dan Umpan balik informasi tentang pengetahuan dan pelajaran.

D. Komponen-Komponen Variasi Gaya Mengajar
Dalam mengajar hendaknya menggunakan berbagai macam variasi gaya. Dengan variasi gaya tersebut, akan menjadikan siswa merasa tertarik terhadap penampilan mengajar guru. Variasi gaya mengajar guru ini meliputi komponen-komponen sebagai berikut :

1. Variasi Suara
Variasi suara dalah perubahan suara dari keras menjadi lemah, dan tinggi menjadi rendah, dari cepat menjadi lambat.
Suara guru pada saat menjelaskan materi pelajaran hendaknya bervariasi, baik dalam intonasi, volume, nada dan kecepatan. Jika suara guru senantiasa keras terus atau terlalu keras, justru akan sulit diterima, karena siswa menganggap gurunya seorang yang kejam, bila sudah begitu siswa diliputi oleh rasa cemas, ketakutan selama belajar. Masalah seperti ini yang harus dihindari bahkan ditiadakan. Tapi kalau suara guru terlalu lemah (biasanya guru wanita) akan terdengar tidak jelas oleh siswa dan tidak bisa menjangkau seluruh siswa di kelas, apalagi yang duduknya dideretan belakang. Bila sudah begitu siswa akan meremehkan gurunya, perhatian siswa terhadap materi yang diberikan itupun kurang. Untuk itu guru menggunakan variasi suara yang disesuaikan ndengan situasi dan kondisi. Jadi suara guru senantiasa berganti-ganti, kadang meninggi, kadang cepat, kadang lambat, kadang rendah (pelan).
Variasi suara bisa mempengaruhi informasi yang sangat biasa sekalipun, gunakanlah bisikan atau tekanan suara untuk hal-hal penting, gunakan kalimat pendek yang cepat untuk menimbulkan semangat.

2. Pemusatan Perhatian
Perhatian menurut Ghozali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan obyek.
Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang diajarinya, jika materi yang disampaikan oleh guru iru tidak menjadi perhatian siswa, maka bisa menimbulkan kebosanan, sehingga tidak lagi suka belajar. Untuk memfokuskan perhatian siswa pada suatu aspek yang penting atau aspek kunci, guru dapat menggunakan atau memberikan peringatan dengan bentuk kata-kata. Misalnya : “Perhatikan baik-baik”, “Jangan lupa ini dicatat dengan sungguh-sungguh” dan sebagainya.
Memang menarik perhatian siswa itu sangatlah tidak mudah apalagi dalam jumlah siswa yang banyak, agar perhatian itu tetap ada perlu adanya prinsip-prinsip yakni :
a. Perhatian seseorang tertuju atau diarahkan pada hal-hal yang baru, jenis rangsangan baru yang dapat menarik perhatian termasuk warna dan bentuk. Dalam pelajaran, seorang guru dapat menarik perhatian tentang kata-kata penting pada suatu bacaan dengan memberi warna merah atau digaris bawahi.
b. Perhatian seseorang tertuju atau terarah pada hal-hal yang dianggap rumit. Bagi guru yang harus diingat adalah suatu pelajaran tidak boleh tampak terlalu rumit dan guru tidak boleh mempersulit pelajaran yang sederhana dikarenakan semata-mata untuk menarik perhatian siswa.
c. Orang mengarahkan perhatiannya pada hal-hal yang dikehendakinya, yaitu hal-hal yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Untuk menimbulkan minat tersebut ada dua cara yakni dari diri sendiri dan dari luar dirinya. Dari luar bisa saja lingkungan, orang tua dan guru. Disini gurulah yang berhak menimbulkan atau membangkitkan minat belajar siswa baik dirumah maupun dikelas.
Dari ketiga prinsip ini guru harus mengetahui banyak tentang siswanya agar bisa mengarahkan perhatian siswa terhadap materi pelajaran, sehingga siswa memiliki minat belajar yang tinggi guru dalam memusatkan perhatian siswa bisa dengan memberikan kata-kata seperti : “coba perhatikan ini baik-baik”, karena materinya agak sulit dan sebagainya.

3. Kesenyapan atau kebisuan guru (Teaching Silence)
Kesenyapan adalah suatu keadaan diam secara tiba-tiba demi pihak guru ditengah-tengah menerangkan sesuatu.
Adanya kesenyapan tersebut merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian siswa. Dengan keadaan senyap atau diamnya guru secara tiba-tiba bisa menimbulkan perhatian siswa, sebab siswa begitu tahu apa yang terjadi dan demikian pula setelah guru memberikan pertanyaan kepada siswa alangkah bagusnya apabila diberi waktu untuk berfikir dengan memberi kesenyapan supaya siswa bisa mengingat kembali informasi-informasi yang mungkin ia hafal, sehingga bisa menjawab pertanyaan guru dengan baik dan tepat.
Pemberian waktu bagi siswa digunakan untuk mengorganisasi jawabannya agar menjadi lengkap. Tapi jika seorang guru tidak memberikan kesenyapan atau waktu kepada siswa untuk berfikir dalam menjawab pertanyaannya siswa akan menjawab dengan asal alias asal bicara, sehingga jawabannya kurang tepat dengan pertanyaan. Untuk itu seyogyanya guru memberikan kesenyapan terhadap siswa untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan yang diajukannya supaya jawabannya sempurna dan tepat.

4. Kontak pandang
Ketika proses belajar mengajar berlangsung, jangan sampai guru menunduk terus atau melihat langit-langit dan tidak berani mengadakan kontak mata dengan para siswanya dan jangan sampai pula guru hanya mengadakan kontak pandang dengan satu siswa secara terus menerus tanpa memperhatikan siswa yang lain. sebaliknya bila guru berbicara atau menerangkan hendaknya mengarahkan pandangannya keseluruh kelas atau siswa, sebab menatap atau memandang mata setiap anak disik atau siswa bisa membentuk hubungan yang positif dan menghindari hilangnya kepribadian. Bertemunya pandang diantara mereka yang berinteraksi, sesungguhnya merupakan suatu etika atau sopan santun pergaulan karena menunjukkan saling perhatian diantara mereka.
Hal-hal yang harus dihindari guru selama presentasinya didepan kelas :
a. Melihat keluar ruang
b. Melihat kearah langit-langit
c. Melihat kearah lantai
d. Melihat hanya pada siswa tertentu atas kelompok siswa saja
e. Melihat dan menghadap kepapan tulis saat menjelaskan kecuali sambil menunjukkan sesuatu.
Hal-hal diatas bertujuan supaya bisa mengendalikan situasi kelas dengan baik.
Jadi dalam kontak pandang hendaknya guru berusaha seintim mungkin agar siswa merasa diperhatikan dan dihargai, kontak mata yang sering dilakukan, akan membangun dan membina jalinan tingkat tinggi, yaitu mengetahui psikologi anak atau siswa dan mengetahui seberapa banyak pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Untuk itu, pandanglah siswa-siswa anda secara merata tapi jangan berlebihan, gunanya pandangan mata, seorang guru adalah untuk menarik perhatian dan minat belajar siswa.

5. Perpindahan Posisi Guru
Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas dapat membantu dalam menarik perhatian anak didik, dapat pula meningkatkan kepribadian guru dan hendaklah selalu diingat oleh guru, bahwa perpindahan posisi itu jangan dilakukan secara berlebihan. Bila dilakukan berlebihan guru akan kelihatan terburu-buru, lakukan saja secara wajar agar siswa bias memperhatikan.
Perpindahan posisi dapat dilakukan dari muka ke bagian belakang, dari sisi kiri ke sisi kanan, atau diantara anak didik dari belakang kesamping anak didik. Dapat juga dilakukan dengan posisi berdiri kemudian berubah menjadi posisi duduk dan diam di tempat lalu berjalan-jalan mengelilingi siswa dan sebagainya. Yang penting dalam perubahan posisi itu harus ada tujuannya, dan tidak sekedar mondar-mandir dan seorang guru janganlah melakukan kegiatan mengajar dengan satu posisi, misalnya saja saat menerangkan guru hanya berdiri didepan kelas saja atau duduk dikursi saja, tanpa ada pergantian atau variasi ini bisa menimbulkan kebosanan siswa.
Guru melakukan pergantian posisi, sebaiknya jangan kaku atau kikuk, lakukan saja secara bebas dan wajar bisa menarik perhatian siswa, jika guru kaku dalam bergerak ini bisa menjemukan siswa. Dan bila variasi dilakukan secara berlebihan itu juga bisa mengganggu perhatian siswa atau konsentrasi siswa terhadap pelajaran.
Maka dari itu gunakanlah variasi posisi ini secara wajar dan sesuaikan dengan tujuan, tidak sekedar mondar-mandir.

6. Model-Model Belajar
Dalam melaksanakan variasi gaya mengajar, guru hendaknya memperhatikan dan memahami gaya atau model-model belajar siswanya, supaya siswa termotivasi, bersemangat dan berminat dalam belajar. Adapun model-model belajar ada tiga macam, yaitu :
a. Visual
Bagi pelajar visual, belajar yang efektif adalah dengan menggunakan "gambaran keseluruhan" (melakukan tinjauan umum), yakni dengan membaca bahan pelajaran secara sekilas. Cirri-ciri pelajar visual :
1) Teratur, memperhatikan segala sesuatu
2) Mengingat dengan gambar, grafik dan warna untuk meningkatkan memorinya
Dari ciri-ciri diatas, guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menyajikan bahan pelajaran, guru harus bisa menggunakan gambar, warna, untuk menumbuhkan minat belajar siswa dan meningkatkan memori siswa terhadap bahan tersebut. Gaya mengajar guru yang mudah mempengaruhi siswa ini adalah kontak pandang, perpindahan posisi dan eksperimen wajah.
b. Auditorial
Bagi pelajar auditorial, belajar yang efektif adalah dengan mendengar. Untuk itu guru disaat menerangkan dituntut untuk menggunakan variasi, pemusatan, perhatian dan kesenyapan memudahkan dan meningkatkan perhatian siswa dalam belajar.
Ciri-ciri siswa auditorial adalah :
1) Perhatiannya mudah terpecah
2) Berbicara dengan pola berirama
3) Belajar dengan cara mendengar
4) Berdialog secara internal dan eksternal
c. Kinestetik
Bagi pelajar kinestetik, belejar yang efektif adalah dengan melibatkan diri langsung dengan aktifitasnya, jadi merekacenderung pada eksperimen (gerak).
Ciri-ciri siswa kinestetik adalah :
1) Belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan saat membaca
2) Mengingat sambil melihat langsung
Disini guru dianjurkan melibatkan siswa saat proses belajar mengajar berlangsung, menggunakan metode eksperimen, bahasa tubuh guru hendaknya bervariasi, supaya menarik perhatian siswa dan mempermudah pemahaman siswa terhadap materi tersebut.



BAB III
KESIMPULAN

Variasi mengajar sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar . Komponen-komponen variasi menajar seperti variasi gaya mengajar, variasi media, dan bahan ajaran dan variasi interaksi , mutlak dikuasi oleh guru untuk menggairahkan belajar anak didik dalam waktu relatif lama dalam suatu pertemuan kelas.
Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar akan meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara guru dan siswa.
Apabila ketiga komponen tersebut dikombinasikan dalam penggunaannya atau secara integrasi, maka akan meningkatkan perhatian siswa, membangkitkan keinginan dan kemampuan belajar. Keterampilan dalam mengadakan variasi ini lebih luas penggunaannya daripada keterampilan lainnya, karena merupakan keterampilan campuran atau diinegrasikan dengan keterampilan yang lain. Misalnya, cariasi dalam memberikan penguatan, variasi dalam memberi pertanyaan, dan variasi dalam tingkat kognitif.
Tecapainya tujuan pembelajaran tersebut bila setiap siswa mencapai penguasaan terhadap materi yang diberikan dalam suatu pertemuan kelas. Indikator penguasaan siswa terhadap materi pelajaran adalah terjadinya perubahan di dalam diri siswa. Jadi, perhatian adalah masalah yang tidak bias dikesampingkan dalam konteks pencapaian tujuan pembelajaran.
Guru yang bijaksana adalah guru yang pandai menempatkan diri dan pandai mengambil hati siswa. Dengan sikap ini siswa merasa diperhatikan oleh guru. Siswa selalu ingin dekat dengan guru. Ketiadaan guru barang sehari di sekolah tidak jarang dipertanyakan. Siswa merasa rindu untuk selalu dekat di sisi guru. Guru seperti itu biasanya karena gaya mengajarnya dan pendekatannya yang sesuai dengan psikologis siswa. Variasi mengajarnya mempunyai relevansi dengan gaya belajar siswa. Di sela-sela penjelasan selalu diselingi humor dengan pendekatan yang edukatif, jauh dari sikap permusuhan.
DAFTAR LITERATUR
 “Sekolah: mengajar atau mendidik?”, Kanisius. 1998§Josephus Ignatius Gerardus dkk
§Kushartanti dkk,, “Pesona bahasa: langkah awal memahami linguistic”, Gramedia Pustaka Utama, 2005
§Sumitra Kalapaking dan Sugiono Suryaningtias “Ilmu pendidikan sejati”, s.n., 1982
§Abd. Rahman Shaleh, “Pendidikan agama & pembangunan watak bangsa”, RajaGrafindo Persada, 2005


Tidak ada komentar:

Posting Komentar