Senin, 09 Juli 2012

MAKALAH PENDIDIKAN MANAGEMENT BERBASIS SEKOLAH ( PRASETIO BUDI )


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah

Dalam kondisi apapun komitmen pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan hendaknya tidak berubah. Pemerintah tetap konsisten untuk meningkatkan kuantitas maupun kualitas pendidikan. Hal ini penting agar setelah melewati masa krisis, nasib bangsa indonesia, terutama kaum miskin, tidak semakin terpuruk. Untuk kepentingan tersebut berbagai program telah diluncurkan.  Program-program tersebut merupakan bagian dari jaring pengaman nasional (JPS) dalam bidang pendidikan.
Berbagai program yang dilaksanakan telah memberikan harapan bagi kelangsungan dan terkendalinya kualitas pendidikan indonesia semasa krisis. Akan tetapi, karena pengelolaannya yang terlalu kaku dan sentralistik, program itu pun tidak banyak memberikan dampak positif, angka partisipasi pendidikan nasional maupun kualitas pendidikan tetap menurun. Diduga hal tersebut erat kaitannya dengan masalah manajemen. Dalam kaitan ini, muncullah salah satu pemikiran ke arah pengelolaan pendidikan yang memberi keleluasaan kepada sekolah untuk mengatur dan melaksanakan berbagai kebijakan secara luas. Pemikiran ini dalam perjalanannya disebut manajemen berbasis sekolah (MBS) atau school based manajemen (SBM), yang telah berhasil mengangkat kondisi dan memecahkan berbagai masalah pendidikan di beberapa negara maju, seperti Australia dan Amerika.
Manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi, yang ditunjukkan dengan pernyataan politik dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Hal tersebut diharapkan dapat dijadikan landasan dalam pengembangan pendidikan di indonesia yang berkualitas dan berkelanjutan, baik secara makro, meso, maupun mikro.


B.      Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas, kami dapat menyimpulkan beberapa pokok permasalahan yang akan dibahas, diantaranya:
1.      Apa yang dimaksud dengan Manajemen Berbasis Sekolah?
2.      Apa tujuan penerapan model Manajemen Berbasis Sekolah?
3.      Apa prinsip dan esensi Manajemen Berbasis Sekolah?
4.      Bagaimana karaketristik Manajemen Berbasis Sekolah?
5.      Bagaimana otonomi Manajemen sekolah itu?
6.      Bagaimana penerapan model Manajemen Berbasis Sekolah dalam meningkatkan mutu sekolah?
7.      Bagaimana standar pelayanan minimal penyelenggaan sekolah?


C.      Tujuan Pembahasan

1.      Untuk memahami tentang pengertian dari manajemen berbasis sekolah.
2.      Untuk memahami tentang tujuan penerapan model manajemen berbasis sekolah.
3.      Untuk memahami tentang prinsip dan esensi manajemen berbasis sekolah.
4.      Untuk memahami tentang otonomi manajemen sekolah.
5.      Untuk memberikan wawasan tentang penerapan model manajemen berbasis sekolah.
6.      Untuk memahami tentang standar pelayanan minimal dalam penyelenggaraan sekolah.
















BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah

Istilah manajemen memiliki banyak arti, bergantung pada orang yang mengartikannya. Istilah manajemen sekolah sering kali disamakan dengan istilah administrasi sekolah. Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat tiga pandangan yang berbeda yaitu:
1.      Pertama, mengartikan administrasi lebih luas daripada manajemen (manajemen merupakan inti dari adminstrasi).
2.      Kedua, melihat manajemen lebih luas daripada adminstrasi.
3.      Ketiga, pandangan yang menganggap bahwa manajemen identik dengan administrasi.
Berdasarkan fungsi pokoknya istilah manajemen dan administrasi mempunyai fungsi yang sama, akan tetapi perbedaan kedua istilah tersebut tidak konsisten dan tidak signifikan.
Manajemen Berbasis Sekolah merupakan terjemahan dari “school based management”. Istilah ini pertama kali muncul di Amerika Serikat ketika masyarakat mulai mempertanyakan relevansi pendidikan dengan tuntutan dan  perkembangan masyarakat setempat.
MBS merupakan paradigma baru dari pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah (melibatkan masyarakat) dalam rangka kebijakan pendidikan nasional. Serta merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi, yang dinyatakan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).

B.      Tujuan Penerapan Model Manajemen Berbasis Sekolah

Pada dasarnya, MBS ditandai dengan adanya otonomi sekolah dan perlibatan masyarakat yang merupakan respons dari pemerintah terhadap gejala-gajala yang muncul di masyarakat.
Model penerapan manajemen berbasis sekolah dalam masyarakat mempunyai beberapa tujuan yaitu:
1.      Meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan.
2.      Meningkatkan fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas.
3.      Meningkatkan profesionalisme guru dan kepala sekolah.
4.      Meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap sekolah
5.      Meningkatkan pemberdayaan sekolah.
6.      Meningkatkan prestasi belajar siswa.
Dengan adanya tujuan penerapan manajemen berbasis sekolah diharapkan pelaksanaan sistem MBS, sekolah dapat mandiri menggali, mengalokasikan, menentukan prioritas, mengendalikan, dan mempertanggungjawabkan pemberdayaan sumber-sumber, baik kepada masyarakat maupun pemerintah.

C.      Prinsip dan Esensi Manajemen Berbasis Sekolah

Manajemen berbasis sekolah (MBS) menekankan keterlibatan maksimal berbagai pihak, seperti pada sekolah-sekolah swasta, sehingga menjamin partisipasi staf, orangtua, peserta didik, dan masyarakt yang lebih luas dalam perumusan-perumusan keputusan tentang pendidikan. Kesempatan berpartisipasi tersebut dapat meningkatkan komitmen mereka terhadap sekolah. Selanjutnya, aspek-aspek tersebut pada akhirnya akan mendukung efektivitas dalam pencapaian tujuan sekolah.
Inti (esensi) dari manajemen berbasis sekolah adalah upaya secara terus-menerus untuk memperbaiki kinerja sekolah dengan memposisikan sekolah sebagai institusi yang relatif otonom. Sejalan dengan itu, perbaikan kinerja sekolah secara terus-menerus selalu tersedia ruang gerak, waktu, dan tenaga untuk melakukan perbaikan.
Manajemen berbasis sekolah mempunyai beberapa prinsip-prinsip dalam penerapannya yaitu:
1.      Berfokus pada pelanggan.
Fokus utamanya adalah kualitas produk yang dihasilkan melalui masukan dan proses yang baik. Pelanggan sekolah itu meliputi siswa, masyarakat, guru, kepala sekolah, staf tata usaha, dan pengguna lulusan.
2.      Melakukan peningkatan secara terus-menerus.
Suatu realitas dan menjadi sifat alamiah kita selaku masyarakat pendidik bahwa kalau suatu tugas bisa dilaksanakan dengan sukses, kita mengalihkan perhatian pada sesuatu yang baru. Keberhasilan bukanlah hasil akhir dari suatu tugas, melainkan hanyalah satu langkah maju sebelum mengambil langkah maju berikutnya jadi tidak ada hasil akhir karena standar, desain, dan biaya pendidikan hari ini tidak akan memenuhi berbagai kebutuhan di masa yang akan datang.
3.      Mengakui masalah secara terbuka.
Keterbukaan warga sekolah dipertimbangkan sebagai kekuatan yang bisa mengendalikan dan mengatasi berbagai masalah dengan cepat, serta dengan sama cepatnya pula bisa mewujudkan berbagai kesempatan.
4.      Mempromosikan keterbukaan.
Ilmu pengetahuan adalah untuk saling dibagikan dan hubungan komunikasi yang mendukungnya merupakan sumber efisiensi yang lebih besar.
5.      Menciptakan tim kerja.
Tim kerja meliputi;  kelompok kerja guru, satuan tugas pengendali mutu (QC), dan lain-lain adalah bahan bangunan dasar yang membentuk struktur organisasi sekolah.
6.      Memanajemeni proyek melalui tim fungsional silang.
Tim fungsional silang merupakan sumber daya departemen yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam memprogram pengembangan dan peningkatan mutu sekolah.
7.      Memelihara proses hubungan yang benar.
Dengan memastikan bahwa proses dan hubungan antar manusia didesain untuk memelihara kepuasan warga sekolah maka investasi sekolah cepat membuahkan hasil karena komunitas sekolah memiliki loyalitas dan komitmen.
8.      Mengembangkan disiplin pribadi.
Melalui pendidikan, agama, dan norma-norma sosial, orang-orang berkeyakinan bahwa menyesuaikan diri dengan sifat alamiah disiplin merupakan penguatan kembali potensi di dalam diri yang menunjukkan dan menjaga keutuhan.
9.      Memberikan informasi pada semua karyawan.
Dengan memberikan informasi yang penting pada setiap warga sekolah, tantangan perusahaan berubah menjadi tantangan pribadi. Informasi ini juga merupakan langkah penting untuk mencapai kultur berdasarkan pengetahuan.
10.  Memberikan wewenang kepada setiap karyawan.
Delegasi tugas dan tanggung jawab menjadi penting dalam sekolah yang berbasis MBS. Melalui pelatihan dalam berbagai keahlian, dorongan semangat, tanggung jawab pengambilan keputusan, akses pada sumber data dan anggaran, timbal balik, rotasi pekerjaan, dan penghargaan, komunitas sekolah memiliki kekuatan untuk secara nyata memengaruhi urusan diri mereka sendiri dan urusan sekolah.


D.     Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah

Karakteristik manajemen berbasis sekolah bisa diketahui antara lain bagaimana sekolah dapat mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah, proses belajar mengajar, pengelolaan sumber daya manusia, dan pengelolaan sumber daya dan administrasi. Lebih lanjut dapat dilihat dari ciri-ciri MBS dalam bagan berikut:
CIRI-DIRI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
Organisasi
Sekolah
Proses Belajar
Mengajar
Sumber Daya
Manusia
Sumber Daya dan Administrasi
Menyediakan manajemen organisasi kepemimpinan transformasional dalam mencapai tujuan sekolah
Meningkatkan kualitas belajar siswa
Memberberdayakan staf dan menempatkan personal yang dapat melayani keperluan semua siswa
Mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan dan mengalosasikan sumber daya tersebut sesuai dengan kebutuhan
Menyusun rencana sekolah dan merumuskan kebijakan untuk sekolahnya sendiri
Mengembangkan kurikulum yang cocok dan tanggap terhadap kebutuhan siswa dan masyarakat sekolah
Memiliki staf yang memiliki wawasan manajemen berbasis sekolah
Mengelola dana sekolah
Mengelola kegiatan opersional sekolah
Menyelenggarakan pengajaran yang efektif
Menyediakan kegiatan untuk pengembangan profesi pada semua staf
Menyediakan dukungan administratif
Menjamin adanya komunikasi yang efektif antara sekolah dan masyarakat terkait (school community)
Menyediakan program pengembangan yang diperlukan siswa
Menjamin kesejahteraan staf dan siswa
Mengelola dan memelihara gedung dan sarana lainnya
Menjamin akan terpeliharanya sekolah yang bertanggung jawab (akuntabel kepada masyarakat dan pemerintah
Program pengembangan yang diperlukan siswa
Kesejahteraan staf dan siswa
Memelihara gedung dan sarana lainnya

E.      Otonomi Manajemen Sekolah

Otonomi dalam manajemen merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja para staf, menawarkan partisipasi langsung kelompok-kelompok yang terkait, dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan.
Pemberian otonomi pendidikan yang luas pada sekolah merupakan kepedulian pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat serta upaya peningkatan mutu pendidikan secara umum. Pemberian otonomi ini menuntut pendekatan manajemen yang lebih kondusif di sekolah agar dapat mengakomodasi seluruh keinginan sekaligus memberdayakan berbagai komponen masyarakat secara efektif, guna mendukung kemajuan dan sistem yang ada di sekolah. Dalam kerangka inilah, MBS tampil sebagai alternatif paradigma baru manajemen pendidikan yang di tawarkan. MBS merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, efisiensi dan pemerataan pendidikan agar dapat mengakomodasi keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerja sama yang erat antara sekolah, masyarakat dan pemerintah.
Sejalan dengan jiwa dan semangat desentralisasi seta otonomi dalam bidang pendidikan, kewenangan sekolah juga berperan dalam menampung konsensus umum yang meyakini bahwa sedapat mungkin keputusan seharusnya di buat oleh mereka yang memiliki akses paling baik terhadap informasi setempat, yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan kebijakan, dan yang terkena akibat-akibat dari kebijakan tersebut.
Kewenangan yang bertumpu pada sekolah merupakan inti dari MBS yang dipandang memiliki tingkat efektivitas tinggi serta memberikan beberapa keuntungan berikut:
1.      Kebijaksanaan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung kepada peserta didik, orang tua, dan guru.
2.      Bertujuan bagaimana memanfaatkan sumber daya lokal.
3.      Efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran, hasil belajar, tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru, dan iklim sekolah.
4.      Adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan, memberdayakan guru, manajemen sekolah, rancangan ulang sekolah, dan perubahan perencanaan.

F.       Penerapan Model  MBS Meningkatkan Mutu Sekolah

Manajemen sekolah yang menggunakan rancangan Manajemen Berbasis Sekolah dipandang dapat berhasil, jika mampu mengangkat derajat mutu sekolah dan indikator dari keberhasilan sekolah.
1.      Mutu sekolah.
Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mengacu pada masukan,proses, luaran, dan dampaknya. Mutu masukan dapat dilihat dari beberapa isi yaitu:
a.      Pertama, kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya manusia.
b.      Kedua, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan material.
c.       Ketiga, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan yang berupa perangkat lunak.
d.      Keempat, mutu masukan yang bersifat harapan dan kebutuhan.
Mutu proses pembelajaran mengandung makna bahwa kemampuan sumber daya sekolah mentransformasikan multijenis masukan dan situasi untuk mencapai derajat nilai tambah tertentu bagi peserta didik. Hal-hal yang termasuk dalam kerangka mutu proses pendidikan di sekolah adalah:
a.      Derajat kesehatan.
b.      Keamanan.
c.       Disiplin.
d.      Keakraban.
e.      Saling menghormati.
f.        Kepuasan, dan lain-lain.
Mutu luaran dapat dilihat dari:
a.      Nilai-nilai hidup yang dianut.
b.      Moralitas.
c.       Dorongan untuk maju, dan lain-lain.
Mutu dampak atau hasil dapat dilihat dari tertib administrasinya. Salah satu bentuk tertib administrasinya adalah adanya mekanisme kerja yang efektif dan efisien, baik secara vertikal maupun horizontal.
2.      Indikator keberhasilan.
Indikator keberhasilan sekolah dapat dilihat dari perspektif operasional bahwa manajemen berbasis sekolah (MBS) dikatakan bermutu jika sumber daya manusianya bekerja secara efektif dan efisien. Kedewasaan dalam bekerja menjadi ciri lain dari manajemen sekolah yang bermutu. Tenaga akademik dan staf administratif bekerja bukan karena diancam, diawasi, atau diperintah oleh pimpinan atau atasannya. Mereka bekerja karena memiliki rasa tanggung jawab akan tugas pokok dan fungsinya. Sikap mental tenaga kependidikan di sekolah menjadi prasyarat bagi upaya meningkatkan mutu. Merujuk pada pendapat Edward Sallis, sekolah yang bermutu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a.      Sekolah berfokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal.
b.      Sekolah berfokus pada upaya untuk mencegah masalah yang muncul, dalam makna ada komitmen untuk bekerja secara benar dari awal.
c.       Sekolah memiliki investasi pada sumber daya manusianya.
d.      Sekolah memiliki strategi untuk mencapai kualitas.
e.      Sekolah mengelola atau memperlakukan keluhan sebagai umpan balik untuk mencapai kualitas.
f.        Sekolah memiliki kebijakan dalam perencanaan untuk mencapai kualitas.
g.      Sekolah mengupayakan proses perbaikan dengan melibatkan semua orang.
h.      Sekolah memperjelas peran dan tanggungjawab setiap orang.
i.        Sekolah memiliki strategi dan kriteria evaluasi yang jelas.
j.        Sekolah menempatkan peningkatan kualitas secara terus-menerus sebagai suatu keharusan.


G.     Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaran Sekolah
                                                  
Pengelolaan sekolah yang berbasis MBS tidak menafikkan sama sekali dari struktur hierarki, misalnya, dalam kerangka kepegawaian, kurikulum, mutasi dan promosi, pendanaan, penyediaan fasililtas, serta alokasi anggaran khusus. Banyak pihak yang terlibat pada struktur hierarki organisasi pengelolaan pendidikan diantaranya: kepala sekolah, guru, staf tata usaha, pengurus komite sekolah, orang tua siswa, masyarakat yang peduli, dan siswa.
Dalam proses berlangsungnya sekolah sering kali menimbulkan banyak masalah yang berhubungan dengan peran individu guru. Masalah itu berkisar sebagai berikut:
1.      Pemahaman konsep manajemen partisipatif.
2.      Aplikasi konsep manajemen partisipatif.
3.      Pemahaman akan konsep pendidikan dan pembelajaran.
4.      Tradisi ketergantungan yang sudah berlangsung lama.
5.      Profesionalisme kependidikan dan keguruan.
6.      Etos kerja komunitas sekolah.
7.      Rasa saling percaya.
8.      Dukungan kerja ketatalaksanaan sekolah.
9.      Dimensi fasilitatif atau sarana dan prasarana.
10.  Dukungan masyarakat.
11.  Etos belajar siswa.
Sekolah yang bermutu bukanlah untuk sekolah, melainkan untuk anak didik dan masyarakat. Oleh karena itu, setiap sekolah harus memiliki standar mutu layanan minimum (SMLM), terutama yang berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut:
1.      SMLM kinerja kepala sekolah yang berkaitan pelaksanaan tugas kepemimpinan dan keadministrasian.
2.      SMLM etos dan kinerja guru yang berkaitan dengan disiplin kerja.
3.      SMLM kinerja tata usaha yang berkaitan dengan kearsipan dan ketatalaksanaan keuangan.
4.      SMLM partisipasi masyarakat akan pendidikan anak.
5.      SMLM daya dukung pembelajaran.
6.      SMLM etos kerja anak didik yang berkaitan dengan disiplin belajar.
7.      SMLM prestasi belajar anak didik.

BAB III
PENUTUP

A.     Simpulan

1.      Manajemen Berbasis Sekolah merupakan paradigma baru dari pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah (melibatkan masyarakat) dalam rangka kebijakan pendidikan nasional. Serta merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi, yang dinyatakan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
2.      Model penerapan manajemen berbasis sekolah dalam masyarakat mempunyai beberapa tujuan yaitu:
a.      Meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan.
b.      Meningkatkan fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas.
c.       Meningkatkan profesionalisme guru dan kepala sekolah.
d.      Meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap sekolah
e.   Meningkatkan pemberdayaan sekolah.
f.    Meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Inti (esensi) dari manajemen berbasis sekolah adalah upaya secara terus-menerus untuk memperbaiki kinerja sekolah dengan memposisikan sekolah sebagai institusi yang relatif otonom. Manajemen berbasis sekolah mempunyai beberapa prinsip-prinsip dalam penerapannya yaitu:
a. Berfokus pada pelanggan.
b. Melakukan peningkatan secara terus-menerus.
c. Mengakui masalah secara terbuka.
d. Mempromosikan keterbukaan.
e. Menciptakan tim kerja.
f. Memanajemeni proyek melalui tim fungsional silang.
g. Memelihara proses hubungan yang benar.
h. Mengembangkan disiplin pribadi.
i. Memberikan informasi pada semua karyawan.
j. Memberikan wewenang kepada setiap karyawan.
4.  Karakteristik manajemen berbasis sekolah bisa diketahui antara lain bagaimana sekolah dapat mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah, proses belajar mengajar, pengelolaan sumber daya manusia, dan pengelolaan sumber daya dan administrasi.
5. Otonomi dalam manajemen merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja para staf, menawarkan partisipasi langsung kelompok-kelompok yang terkait, dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan.
6.  Dalam penerapan model MBS, Manajemen sekolah yang menggunakan rancangan Manajemen Berbasis Sekolah dipandang dapat berhasil, jika mampu mengangkat derajat mutu sekolah dan indikator dari keberhasilan sekolah.
Ä  Mutu sekolah.
Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mengacu pada masukan,proses, luaran, dan dampaknya.
Ä  Indikator keberhasilan sekolah dapat dilihat dari perspektif operasional bahwa manajemen berbasis sekolah (MBS) dikatakan bermutu jika sumber daya manusianya bekerja secara efektif dan efisien.
7.      Standar pelayanan minimal dalam penyelanggaraan sekolah adalah sebagai berikut:
Ä  SMLM kinerja kepala sekolah yang berkaitan pelaksanaan tugas kepemimpinan dan keadministrasian.
Ä  SMLM etos dan kinerja guru yang berkaitan dengan disiplin kerja.
Ä  SMLM kinerja tata usaha yang berkaitan dengan kearsipan dan ketatalaksanaan keuangan.
Ä  SMLM partisipasi masyarakat akan pendidikan anak.
Ä  SMLM daya dukung pembelajaran.
Ä  SMLM etos kerja anak didik yang berkaitan dengan disiplin belajar.
Ä  SMLM prestasi belajar anak didik.


B.      Saran

1.      Agar kita dapat mengerti tentang pengertian dari manajemen berbasis sekolah.
2.      Agar tujuan dari model manajemen berbasis sekolah dapat diterapkan dalam proses pembelajaran.
3.      Agar prinsip dan esensi dari manajemen berbasis sekolah dapat dilaksanakan oleh semua pihak khususnya seorang guru.
4.      Agar kita dapat membentuk karakteristik yang sesuai dengan manajemen berbasis sekolah.
5.      Agar peran otonomi dalam manajemen sekolah bisa difahami oleh semua orang.
6.      Agar penerapan tentang model manajemen berbasis sekolah yang dalam rangka meningkatkan mutu sekolah bisa terlaksana dengan baik.
7.      Agar standar pelayanan minimal penyelenggaraan sekolah dapat diketahui dan dilaksanakan sesuai dengan target yang ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA

ÿ Danim Sudarman, 2005. Visi Baru Manajemen Sekolah.
ÿ Mulyasa E, 2002. Manajemen Berbasis Sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar