BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dalam kondisi apapun komitmen
pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan hendaknya tidak berubah.
Pemerintah tetap konsisten untuk meningkatkan kuantitas maupun kualitas
pendidikan. Hal ini penting agar setelah melewati masa krisis, nasib bangsa
indonesia, terutama kaum miskin, tidak semakin terpuruk. Untuk kepentingan
tersebut berbagai program telah diluncurkan.
Program-program tersebut merupakan bagian dari jaring pengaman nasional
(JPS) dalam bidang pendidikan.
Berbagai program yang
dilaksanakan telah memberikan harapan bagi kelangsungan dan terkendalinya
kualitas pendidikan indonesia semasa krisis. Akan tetapi, karena pengelolaannya
yang terlalu kaku dan sentralistik, program itu pun tidak banyak memberikan
dampak positif, angka partisipasi pendidikan nasional maupun kualitas
pendidikan tetap menurun. Diduga hal tersebut erat kaitannya dengan masalah
manajemen. Dalam kaitan ini, muncullah salah satu pemikiran ke arah pengelolaan
pendidikan yang memberi keleluasaan kepada sekolah untuk mengatur dan
melaksanakan berbagai kebijakan secara luas. Pemikiran ini dalam perjalanannya
disebut manajemen berbasis sekolah (MBS) atau school based manajemen (SBM),
yang telah berhasil mengangkat kondisi dan memecahkan berbagai masalah
pendidikan di beberapa negara maju, seperti Australia dan Amerika.
Manajemen berbasis sekolah
(MBS) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan
masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi, yang ditunjukkan dengan
pernyataan politik dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Hal tersebut
diharapkan dapat dijadikan landasan dalam pengembangan pendidikan di indonesia
yang berkualitas dan berkelanjutan, baik secara makro, meso, maupun mikro.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah
diatas, kami dapat menyimpulkan beberapa pokok permasalahan yang akan dibahas,
diantaranya:
1.
Apa yang dimaksud dengan Manajemen Berbasis Sekolah?
2.
Apa tujuan penerapan model Manajemen Berbasis Sekolah?
3.
Apa prinsip dan esensi Manajemen Berbasis Sekolah?
4.
Bagaimana karaketristik Manajemen Berbasis Sekolah?
5.
Bagaimana otonomi Manajemen sekolah itu?
6.
Bagaimana penerapan model Manajemen Berbasis Sekolah dalam
meningkatkan mutu sekolah?
7.
Bagaimana standar pelayanan minimal penyelenggaan sekolah?
C.
Tujuan Pembahasan
1.
Untuk memahami tentang pengertian dari manajemen berbasis
sekolah.
2.
Untuk memahami tentang tujuan penerapan model manajemen
berbasis sekolah.
3.
Untuk memahami tentang prinsip dan esensi manajemen berbasis
sekolah.
4.
Untuk memahami tentang otonomi manajemen sekolah.
5.
Untuk memberikan wawasan tentang penerapan model manajemen
berbasis sekolah.
6.
Untuk memahami tentang standar pelayanan minimal dalam
penyelenggaraan sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah
Istilah manajemen memiliki
banyak arti, bergantung pada orang yang mengartikannya. Istilah manajemen
sekolah sering kali disamakan dengan istilah administrasi sekolah. Berkaitan
dengan hal tersebut, terdapat tiga pandangan yang berbeda yaitu:
1.
Pertama, mengartikan administrasi lebih luas daripada
manajemen (manajemen merupakan inti dari adminstrasi).
2.
Kedua, melihat manajemen lebih luas daripada adminstrasi.
3.
Ketiga, pandangan yang menganggap bahwa manajemen identik
dengan administrasi.
Berdasarkan fungsi pokoknya
istilah manajemen dan administrasi mempunyai fungsi yang sama, akan tetapi
perbedaan kedua istilah tersebut tidak konsisten dan tidak signifikan.
Manajemen Berbasis Sekolah
merupakan terjemahan dari “school based management”. Istilah ini pertama
kali muncul di Amerika Serikat ketika masyarakat mulai mempertanyakan relevansi
pendidikan dengan tuntutan dan
perkembangan masyarakat setempat.
MBS merupakan paradigma baru
dari pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah (melibatkan
masyarakat) dalam rangka kebijakan pendidikan nasional. Serta merupakan salah
satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam
penguasaan ilmu dan teknologi, yang dinyatakan dalam Garis-Garis Besar Haluan
Negara (GBHN).
B.
Tujuan Penerapan Model Manajemen Berbasis Sekolah
Pada dasarnya, MBS ditandai
dengan adanya otonomi sekolah dan perlibatan masyarakat yang merupakan respons
dari pemerintah terhadap gejala-gajala yang muncul di masyarakat.
Model penerapan manajemen
berbasis sekolah dalam masyarakat mempunyai beberapa tujuan yaitu:
1.
Meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan.
2.
Meningkatkan fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas.
3.
Meningkatkan profesionalisme guru dan kepala sekolah.
4.
Meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap sekolah
5.
Meningkatkan pemberdayaan sekolah.
6.
Meningkatkan prestasi belajar siswa.
Dengan adanya tujuan penerapan manajemen berbasis sekolah
diharapkan pelaksanaan sistem MBS, sekolah dapat mandiri menggali,
mengalokasikan, menentukan prioritas, mengendalikan, dan mempertanggungjawabkan
pemberdayaan sumber-sumber, baik kepada masyarakat maupun pemerintah.
C.
Prinsip dan Esensi Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen berbasis sekolah (MBS) menekankan keterlibatan
maksimal berbagai pihak, seperti pada sekolah-sekolah swasta, sehingga menjamin
partisipasi staf, orangtua, peserta didik, dan masyarakt yang lebih luas dalam
perumusan-perumusan keputusan tentang pendidikan. Kesempatan berpartisipasi
tersebut dapat meningkatkan komitmen mereka terhadap sekolah. Selanjutnya,
aspek-aspek tersebut pada akhirnya akan mendukung efektivitas dalam pencapaian
tujuan sekolah.
Inti (esensi) dari manajemen berbasis sekolah adalah upaya
secara terus-menerus untuk memperbaiki kinerja sekolah dengan memposisikan
sekolah sebagai institusi yang relatif otonom. Sejalan dengan itu, perbaikan
kinerja sekolah secara terus-menerus selalu tersedia ruang gerak, waktu, dan
tenaga untuk melakukan perbaikan.
Manajemen berbasis sekolah mempunyai beberapa prinsip-prinsip
dalam penerapannya yaitu:
1.
Berfokus pada pelanggan.
Fokus utamanya adalah
kualitas produk yang dihasilkan melalui masukan dan proses yang baik. Pelanggan
sekolah itu meliputi siswa, masyarakat, guru, kepala sekolah, staf tata usaha,
dan pengguna lulusan.
2.
Melakukan peningkatan secara terus-menerus.
Suatu realitas dan menjadi
sifat alamiah kita selaku masyarakat pendidik bahwa kalau suatu tugas bisa
dilaksanakan dengan sukses, kita mengalihkan perhatian pada sesuatu yang baru.
Keberhasilan bukanlah hasil akhir dari suatu tugas, melainkan hanyalah satu
langkah maju sebelum mengambil langkah maju berikutnya jadi tidak ada hasil
akhir karena standar, desain, dan biaya pendidikan hari ini tidak akan memenuhi
berbagai kebutuhan di masa yang akan datang.
3.
Mengakui masalah secara terbuka.
Keterbukaan warga sekolah
dipertimbangkan sebagai kekuatan yang bisa mengendalikan dan mengatasi berbagai
masalah dengan cepat, serta dengan sama cepatnya pula bisa mewujudkan berbagai
kesempatan.
4.
Mempromosikan keterbukaan.
Ilmu pengetahuan adalah untuk
saling dibagikan dan hubungan komunikasi yang mendukungnya merupakan sumber
efisiensi yang lebih besar.
5.
Menciptakan tim kerja.
Tim kerja meliputi; kelompok kerja guru, satuan tugas pengendali
mutu (QC), dan lain-lain adalah bahan bangunan dasar yang membentuk struktur
organisasi sekolah.
6.
Memanajemeni proyek melalui tim fungsional silang.
Tim fungsional silang
merupakan sumber daya departemen yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam
memprogram pengembangan dan peningkatan mutu sekolah.
7.
Memelihara proses hubungan yang benar.
Dengan memastikan bahwa
proses dan hubungan antar manusia didesain untuk memelihara kepuasan warga
sekolah maka investasi sekolah cepat membuahkan hasil karena komunitas sekolah
memiliki loyalitas dan komitmen.
8.
Mengembangkan disiplin pribadi.
Melalui pendidikan, agama,
dan norma-norma sosial, orang-orang berkeyakinan bahwa menyesuaikan diri dengan
sifat alamiah disiplin merupakan penguatan kembali potensi di dalam diri yang
menunjukkan dan menjaga keutuhan.
9.
Memberikan informasi pada semua karyawan.
Dengan memberikan informasi
yang penting pada setiap warga sekolah, tantangan perusahaan berubah menjadi
tantangan pribadi. Informasi ini juga merupakan langkah penting untuk mencapai
kultur berdasarkan pengetahuan.
10. Memberikan wewenang kepada
setiap karyawan.
Delegasi tugas dan tanggung
jawab menjadi penting dalam sekolah yang berbasis MBS. Melalui pelatihan dalam
berbagai keahlian, dorongan semangat, tanggung jawab pengambilan keputusan,
akses pada sumber data dan anggaran, timbal balik, rotasi pekerjaan, dan
penghargaan, komunitas sekolah memiliki kekuatan untuk secara nyata memengaruhi
urusan diri mereka sendiri dan urusan sekolah.
D.
Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah
Karakteristik
manajemen berbasis sekolah bisa diketahui antara lain bagaimana sekolah dapat
mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah, proses belajar mengajar, pengelolaan
sumber daya manusia, dan pengelolaan sumber daya dan administrasi. Lebih lanjut
dapat dilihat dari ciri-ciri MBS dalam bagan berikut:
CIRI-DIRI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
Organisasi
Sekolah
|
Proses
Belajar
Mengajar
|
Sumber
Daya
Manusia
|
Sumber
Daya dan Administrasi
|
Menyediakan manajemen organisasi kepemimpinan
transformasional dalam mencapai tujuan sekolah
|
Meningkatkan kualitas belajar siswa
|
Memberberdayakan staf dan menempatkan personal yang
dapat melayani keperluan semua siswa
|
Mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan dan
mengalosasikan sumber daya tersebut sesuai dengan kebutuhan
|
Menyusun rencana sekolah dan merumuskan kebijakan
untuk sekolahnya sendiri
|
Mengembangkan kurikulum yang cocok dan tanggap
terhadap kebutuhan siswa dan masyarakat sekolah
|
Memiliki staf yang memiliki wawasan manajemen
berbasis sekolah
|
Mengelola dana sekolah
|
Mengelola kegiatan opersional sekolah
|
Menyelenggarakan pengajaran yang efektif
|
Menyediakan kegiatan untuk pengembangan profesi pada
semua staf
|
Menyediakan dukungan administratif
|
Menjamin adanya komunikasi yang efektif antara
sekolah dan masyarakat terkait (school community)
|
Menyediakan program pengembangan yang diperlukan
siswa
|
Menjamin kesejahteraan staf dan siswa
|
Mengelola dan memelihara gedung dan sarana lainnya
|
Menjamin akan terpeliharanya sekolah yang
bertanggung jawab (akuntabel kepada masyarakat dan pemerintah
|
Program pengembangan yang diperlukan siswa
|
Kesejahteraan staf dan siswa
|
Memelihara gedung dan sarana lainnya
|
E.
Otonomi Manajemen Sekolah
Otonomi dalam manajemen merupakan potensi bagi sekolah untuk
meningkatkan kinerja para staf, menawarkan partisipasi langsung
kelompok-kelompok yang terkait, dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap
pendidikan.
Pemberian otonomi pendidikan yang luas pada sekolah merupakan
kepedulian pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat serta
upaya peningkatan mutu pendidikan secara umum. Pemberian otonomi ini menuntut
pendekatan manajemen yang lebih kondusif di sekolah agar dapat mengakomodasi
seluruh keinginan sekaligus memberdayakan berbagai komponen masyarakat secara
efektif, guna mendukung kemajuan dan sistem yang ada di sekolah. Dalam kerangka
inilah, MBS tampil sebagai alternatif paradigma baru manajemen pendidikan yang
di tawarkan. MBS merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah
untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, efisiensi
dan pemerataan pendidikan agar dapat mengakomodasi keinginan masyarakat
setempat serta menjalin kerja sama yang erat antara sekolah, masyarakat dan
pemerintah.
Sejalan dengan jiwa dan semangat desentralisasi seta otonomi
dalam bidang pendidikan, kewenangan sekolah juga berperan dalam menampung
konsensus umum yang meyakini bahwa sedapat mungkin keputusan seharusnya di buat
oleh mereka yang memiliki akses paling baik terhadap informasi setempat, yang
bertanggungjawab terhadap pelaksanaan kebijakan, dan yang terkena akibat-akibat
dari kebijakan tersebut.
Kewenangan yang bertumpu pada sekolah merupakan inti dari MBS
yang dipandang memiliki tingkat efektivitas tinggi serta memberikan beberapa
keuntungan berikut:
1.
Kebijaksanaan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh
langsung kepada peserta didik, orang tua, dan guru.
2.
Bertujuan bagaimana memanfaatkan sumber daya lokal.
3.
Efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti
kehadiran, hasil belajar, tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, moral
guru, dan iklim sekolah.
4.
Adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan,
memberdayakan guru, manajemen sekolah, rancangan ulang sekolah, dan perubahan
perencanaan.
F.
Penerapan Model MBS
Meningkatkan Mutu Sekolah
Manajemen sekolah yang menggunakan rancangan Manajemen
Berbasis Sekolah dipandang dapat berhasil, jika mampu mengangkat derajat mutu
sekolah dan indikator dari keberhasilan sekolah.
1.
Mutu sekolah.
Dalam konteks pendidikan,
pengertian mutu mengacu pada masukan,proses, luaran, dan dampaknya. Mutu
masukan dapat dilihat dari beberapa isi yaitu:
a.
Pertama, kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya
manusia.
b.
Kedua, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan material.
c.
Ketiga, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan yang berupa
perangkat lunak.
d.
Keempat, mutu masukan yang bersifat harapan dan kebutuhan.
Mutu proses pembelajaran
mengandung makna bahwa kemampuan sumber daya sekolah mentransformasikan
multijenis masukan dan situasi untuk mencapai derajat nilai tambah tertentu
bagi peserta didik. Hal-hal yang termasuk dalam kerangka mutu proses pendidikan
di sekolah adalah:
a.
Derajat kesehatan.
b.
Keamanan.
c.
Disiplin.
d.
Keakraban.
e.
Saling menghormati.
f.
Kepuasan, dan lain-lain.
Mutu luaran dapat dilihat
dari:
a.
Nilai-nilai hidup yang dianut.
b.
Moralitas.
c.
Dorongan untuk maju, dan lain-lain.
Mutu dampak atau hasil dapat
dilihat dari tertib administrasinya. Salah satu bentuk tertib administrasinya
adalah adanya mekanisme kerja yang efektif dan efisien, baik secara vertikal
maupun horizontal.
2.
Indikator keberhasilan.
Indikator
keberhasilan sekolah dapat dilihat dari perspektif operasional bahwa manajemen
berbasis sekolah (MBS) dikatakan bermutu jika sumber daya manusianya bekerja
secara efektif dan efisien. Kedewasaan dalam bekerja menjadi ciri lain dari
manajemen sekolah yang bermutu. Tenaga akademik dan staf administratif bekerja
bukan karena diancam, diawasi, atau diperintah oleh pimpinan atau atasannya.
Mereka bekerja karena memiliki rasa tanggung jawab akan tugas pokok dan
fungsinya. Sikap mental tenaga kependidikan di sekolah menjadi prasyarat bagi
upaya meningkatkan mutu. Merujuk pada pendapat Edward Sallis, sekolah yang
bermutu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Sekolah berfokus pada pelanggan, baik pelanggan internal
maupun eksternal.
b.
Sekolah berfokus pada upaya untuk mencegah masalah yang
muncul, dalam makna ada komitmen untuk bekerja secara benar dari awal.
c.
Sekolah memiliki investasi pada sumber daya manusianya.
d.
Sekolah memiliki strategi untuk mencapai kualitas.
e.
Sekolah mengelola atau memperlakukan keluhan sebagai umpan
balik untuk mencapai kualitas.
f.
Sekolah memiliki kebijakan dalam perencanaan untuk mencapai
kualitas.
g.
Sekolah mengupayakan proses perbaikan dengan melibatkan semua
orang.
h.
Sekolah memperjelas peran dan tanggungjawab setiap orang.
i.
Sekolah memiliki strategi dan kriteria evaluasi yang jelas.
j.
Sekolah menempatkan peningkatan kualitas secara terus-menerus
sebagai suatu keharusan.
G.
Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaran Sekolah
Pengelolaan sekolah yang berbasis MBS
tidak menafikkan sama sekali dari struktur hierarki, misalnya, dalam kerangka
kepegawaian, kurikulum, mutasi dan promosi, pendanaan, penyediaan fasililtas,
serta alokasi anggaran khusus. Banyak pihak yang terlibat pada struktur
hierarki organisasi pengelolaan pendidikan diantaranya: kepala sekolah, guru,
staf tata usaha, pengurus komite sekolah, orang tua siswa, masyarakat yang
peduli, dan siswa.
Dalam proses berlangsungnya sekolah
sering kali menimbulkan banyak masalah yang berhubungan dengan peran individu
guru. Masalah itu berkisar sebagai berikut:
1.
Pemahaman konsep manajemen partisipatif.
2.
Aplikasi konsep manajemen partisipatif.
3.
Pemahaman akan konsep pendidikan dan pembelajaran.
4.
Tradisi ketergantungan yang sudah berlangsung lama.
5.
Profesionalisme kependidikan dan keguruan.
6.
Etos kerja komunitas sekolah.
7.
Rasa saling percaya.
8.
Dukungan kerja ketatalaksanaan sekolah.
9.
Dimensi fasilitatif atau sarana dan prasarana.
10.
Dukungan masyarakat.
11.
Etos belajar siswa.
Sekolah
yang bermutu bukanlah untuk sekolah, melainkan untuk anak didik dan masyarakat.
Oleh karena itu, setiap sekolah harus memiliki standar mutu layanan minimum
(SMLM), terutama yang berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut:
1.
SMLM kinerja kepala sekolah yang berkaitan pelaksanaan tugas
kepemimpinan dan keadministrasian.
2.
SMLM etos dan kinerja guru yang berkaitan dengan disiplin
kerja.
3.
SMLM kinerja tata usaha yang berkaitan dengan kearsipan dan
ketatalaksanaan keuangan.
4.
SMLM partisipasi masyarakat akan pendidikan anak.
5.
SMLM daya dukung pembelajaran.
6.
SMLM etos kerja anak didik yang berkaitan dengan disiplin
belajar.
7.
SMLM prestasi belajar anak didik.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
1.
Manajemen Berbasis Sekolah merupakan paradigma baru dari
pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah (melibatkan
masyarakat) dalam rangka kebijakan pendidikan nasional. Serta merupakan salah
satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam
penguasaan ilmu dan teknologi, yang dinyatakan dalam Garis-Garis Besar Haluan
Negara (GBHN).
2.
Model penerapan manajemen berbasis sekolah dalam masyarakat
mempunyai beberapa tujuan yaitu:
a.
Meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan.
b.
Meningkatkan fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas.
c.
Meningkatkan profesionalisme guru dan kepala sekolah.
d.
Meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap sekolah
e.
Meningkatkan pemberdayaan sekolah.
f.
Meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Inti (esensi) dari
manajemen berbasis sekolah adalah upaya secara terus-menerus untuk memperbaiki
kinerja sekolah dengan memposisikan sekolah sebagai institusi yang relatif
otonom. Manajemen berbasis sekolah mempunyai beberapa prinsip-prinsip dalam
penerapannya yaitu:
a. Berfokus pada pelanggan.
b. Melakukan peningkatan secara terus-menerus.
c. Mengakui masalah secara terbuka.
d. Mempromosikan keterbukaan.
e. Menciptakan tim kerja.
f. Memanajemeni proyek melalui tim
fungsional silang.
g. Memelihara proses hubungan yang
benar.
h. Mengembangkan disiplin pribadi.
i. Memberikan informasi pada semua
karyawan.
j. Memberikan wewenang kepada setiap
karyawan.
4. Karakteristik manajemen berbasis sekolah bisa
diketahui antara lain bagaimana sekolah dapat mengoptimalkan kinerja organisasi
sekolah, proses belajar mengajar, pengelolaan sumber daya manusia, dan
pengelolaan sumber daya dan administrasi.
5. Otonomi dalam manajemen
merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja para staf, menawarkan
partisipasi langsung kelompok-kelompok yang terkait, dan meningkatkan pemahaman
masyarakat terhadap pendidikan.
6. Dalam penerapan model MBS, Manajemen sekolah
yang menggunakan rancangan Manajemen Berbasis Sekolah dipandang dapat berhasil,
jika mampu mengangkat derajat mutu sekolah dan indikator dari
keberhasilan sekolah.
Ä Mutu sekolah.
Dalam konteks pendidikan,
pengertian mutu mengacu pada masukan,proses, luaran, dan dampaknya.
Ä Indikator keberhasilan
sekolah dapat dilihat dari perspektif operasional bahwa manajemen berbasis
sekolah (MBS) dikatakan bermutu jika sumber daya manusianya bekerja secara
efektif dan efisien.
7.
Standar pelayanan minimal dalam penyelanggaraan sekolah
adalah sebagai berikut:
Ä SMLM kinerja kepala sekolah
yang berkaitan pelaksanaan tugas kepemimpinan dan keadministrasian.
Ä SMLM etos dan kinerja guru
yang berkaitan dengan disiplin kerja.
Ä SMLM kinerja tata usaha yang
berkaitan dengan kearsipan dan ketatalaksanaan keuangan.
Ä SMLM partisipasi masyarakat
akan pendidikan anak.
Ä SMLM daya dukung
pembelajaran.
Ä SMLM etos kerja anak didik
yang berkaitan dengan disiplin belajar.
Ä SMLM prestasi belajar anak
didik.
B.
Saran
1.
Agar kita dapat mengerti tentang pengertian dari manajemen
berbasis sekolah.
2.
Agar tujuan dari model manajemen berbasis sekolah dapat
diterapkan dalam proses pembelajaran.
3.
Agar prinsip dan esensi dari manajemen berbasis sekolah dapat
dilaksanakan oleh semua pihak khususnya seorang guru.
4.
Agar kita dapat membentuk karakteristik yang sesuai dengan manajemen
berbasis sekolah.
5.
Agar peran otonomi dalam manajemen sekolah bisa difahami oleh
semua orang.
6.
Agar penerapan tentang model manajemen berbasis sekolah yang
dalam rangka meningkatkan mutu sekolah bisa terlaksana dengan baik.
7.
Agar standar pelayanan minimal penyelenggaraan sekolah dapat
diketahui dan dilaksanakan sesuai dengan target yang ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
ÿ Danim Sudarman, 2005. Visi
Baru Manajemen Sekolah.
ÿ Mulyasa E, 2002. Manajemen
Berbasis Sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar